Senin, 23 Maret 2009

Sungguh akan Kami Berikan Cobaan Kepadamu

Pernahkah kita merasa diuji oleh Allah? Kita cenderung mengatakan kalau kita
ditimpa kesusahan maka kita sedang mendapat cobaan dan ujian dari Allah.
Jarang sekali kalau kita dapat rezeki dan kebahagiaan kita teringat bahwa
itupun merupakan ujian dan cobaan dari Allah. Ada diantara kita yang tak
sanggup menghadapi ujian itu dan boleh jadi ada pula diantara kita yang
tegar menghadapinya.

Al-Qur'an mengajarkan kita untuk berdo'a: "Ya Tuhan kami, jangnlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan
kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya..."(QS 2: 286)

Do'a tersebut lahir dari sebuah kepercayaan bahwa setiap derap kehidupan
kita merupakan cobaan dari Allah. Kita tak mampu menghindar dari ujian dan
cobaan tersebut, yang bisa kita pinta adalah agar cobaan tersebut sanggup
kita jalani. Cobaan yang datang ke dalam hidup kita bisa berupa rasa takut,
rasa lapar, kurang harta dan lainnya.

Bukankah karena alasan takut lapar saudara kita bersedia mulai dari membunuh
hanya karena persoalan uang seratus rupiah sampai dengan berani memalsu
kuitansi atau menerima komisi tak sah jutaan rupiah. Bukankah karena rasa
takut akan kehilangan jabatan membuat sebagian saudara kita pergi ke "orang
pintar" agar bertahan pada posisinya atau supaya malah meningkat ke "kursi"
yg lebih empuk. Bukankah karena takut kehabisan harta kita jadi enggan
mengeluarkan zakat dan sadaqoh.

Al-Qur'an melukiskan secara luar biasa cobaan-cobaan tersebut. Allah
berfirman: "Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS 2: 155)

Amat menarik bahwa Allah menyebut orang sabarlah yang akan mendapat berita
gembira. Jadi bukan orang yang menang atau orang yang gagah....tapi orang
yang sabar! Biasanya kita akan cepat-cepat berdalih, "yah..sabar kan ada
batasnya..." Atau lidah kita berseru, "sabar sih sabar...saya sih kuat tidak
makan enak, tapi anak dan isteri saya?" Memang, manusia selalu dipenuhi
dengan pembenaran-pembenaran yang ia ciptakan sendiri.

Kemudian Allah menjelaskan siapa yang dimaksud oleh Allah dengan orang sabar
pada ayat di atas: "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka
mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". (Qs 2: 156)

Ternyata, begitu mudahnya Allah melukiskan orang sabar itu. Bukankah kita
sering mengucapkan kalimat "Inna lillahi...." Orang sabar-kah kita? Nanti
dulu! Andaikata kita mau merenung makna kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi
raji'un maka kita akan tahu bahwa sulit sekali menjadi orang yang sabar.

Arti kalimat itu adalah : "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya-lah kami kembali." Kalimat ini ternyata bukan sekedar kalimat
biasa. Kalimat ini mengandung pesan dan kesadaran tauhid yang tinggi. Setiap
musibah, cobaan dan ujian itu tidaklah berarti apa-apa karena kita semua
adalah milik Allah; kita berasal dari-Nya, dan baik suka-maupun duka, diuji
atau tidak, kita pasti akan kembali kepada-Nya. Ujian apapun itu datangnya
dari Allah, dan hasil ujian itu akan kembali kepada Allah. Inilah orang yang
sabar menurut Al-Qur'an!

Ikhlaskah kita bila mobil yang kita beli dengan susah payah hasil keringat
sendiri tiba-tiba hilang. Relakah kita bila proyek yang sudah didepan mata,
tiba-tiba tidak jadi diberikan kepada kita, dna diberikan kepada saingan
kita. Berubah menjadi dengki-kah kita bila melihat tetangga kita sudah
membeli teve baru, mobil baru atau malah pacar baru. Bisakah kita mengucap
pelan-pelan dengan penuh kesadaran, bahwa semuanya dari Allah dan akan
kembali kepada Allah. Kita ini tercipta dari tanah dan akan kembali menjadi
tanah.... Bila kita mampu mengingat dan menghayati makna kalimat tersebut,
ditengah ujian dan cobaan yang menerpa kehidupan kita, maka Allah
menjanjikan dalam Al-Qur'an: "Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk."

Dalam sebuah hadis qudsi Allah berkata: "Siapa yang tak rela menerima
ketentuan-Ku, silahkan keluar dari bumi-Ku!"

Subhanallah..... "inna lillahi wa inna ilaihi raji'un"

sumber: http://www.mail-archive.com/daarut-tauhiid@yahoogroups.com/msg00834.html

Minggu, 25 Januari 2009

FUNGSI DAN TUJUAN SHALAT SUNNAT ISTIKHARAH

“ APA FUNGSI DAN TUJUAN SHALAT SUNNAT ISTIKHARAH ? ”
Oleh : H. Sunaryo A.Y.

Shalat Istikharah adalah Shalat Sunnat dua rakaat untuk memohon petunjuk kepada Allah, dalam hal menentukan pilihan dari dua perkara yang belum diketahui baik dan buruknya. Dalam sebuah Hadist dikatakan, Jabir bin Abdullah ra berkata : “ Rosulullah SAW mengajarkan kepada kami beristikharah pada segala macam urusan kami, seperti beliau mengajarkan kepada kami surat Al-Qur’an.”
Dan didalam Hadist yang lain Rosulullah SAW bersabda : “ Apabila seseorang diantara kamu berkeinginan melakukan sesuatu, hendaklah ia ruku’ dengan dua ruku’ (shalat dua rakaat) yang selain fardhu. Sesudah Shalat, kemudian membaca do’a ini. “ (kedua Hadist tersebut diatas terdapat dan dikutip dari buku Rahasia Shalat Sunnat oleh : Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari, halaman 58 – 59)
Ket : Yang dimaksud dalam Hadist ini dengan Ruku’ dengan dua Ruku’ ialah Shalat Istikharah dua raka’at. Dan do’a sesudah Shalat Sunnat Istikharah akan disampaikan kemudian dalam artikel ini.
Kata Istikharah dalam bahasa Arab berarti minta dipilihkan. Seorang teman meminta tolong kepada temannya untuk memilihkan mana buku bacaan yang terbaik dari buku bacaan yang ada. Ini dinamakan perbuatan Istikharah. Seseorang mau melakukan Istikharah biasanya apabila ia merasa ragu untuk memilih, sehingga meminta bantuan orang lain atau temannya. Demikian juga halnya dalam beragama. Apabila manusia tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapkan dengan akal dan fikiran maka ia mengadukan masalah tersebut kepada Allah SWT agar Allah dapat membantu memilihkan keputusan mana yang harus diambil. Cara meminta pilihan kepada Allah itu dapat dilakukan bermacam-macam, antara lain dengan berdo’a agar Allah memberi hidayah, atau melakukan Shalat dua raka’at. Shalat dua raka’at inilah yang disebut dengan Shalat Istikharah.
Oleh karena itu, pengertian Shalat Istikharah adalah Shalat dua raka’at yang dimaksudkan memohon kepada Allah untuk membantu memecahkan (memilihkan) suatu hal yang belum dapat diselesaikan sekarang. Sementara manusia sebagai mahluk berfikir diberi akal dan hati nurani sebagai alat pertimbangan dalam kehidupan. Tetapi apabila ada sesuatu yang tidak terjangkau oleh akal dan fikiran manusia, maka disaat itulah diperlukan keimanan. Problema anak manusia semenjak dia dilahirkan ke dunia ini adalah sangat kompleks dan kadangkala memang silih berganti. Sepanjang masalah tersebut masih dapat diselesaikan oleh akal, maka manusia dapat hidup dengan tenang. Tetapi, toh tidak setiap persoalan (masalah) itu dapat diselesaikan oleh akal, karena akal manusia itu sendiri mempunyai keterbatasan. Kalau sudah begini, manakala akal sudah menyerah dan sudah tidak dapat dipergunakan untuk berfikir lagi, sudahlah pasti anak manusia yang masih mengganjal masalah (problema) itu tidak akan dapat hidup dengan tenang.

Kalau sudah demikian, kepada Allah SWT jua kita (manusia ) mengadu, meninta dan memohon. Karena memang Dia tempat manusia meminta. Karena hanya Dia (yaitu Allah SWT ) saja yang kita (manusia) sembah dan hanya kepada Dia kita (manusia) memohon pertolongan. Disinilah keagungan ajaran Islam itu tampak, Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya agar melakukan Shalat Istikharah ( Shalat minta dipilihkan). Anjuran Nabi SAW ini berkaitan dengan fitrah manusia yang mempunyai hati Nurani sebagai tempat bersemayamnya kemauan dan ketaqwaan. Fungsi dan tujuan Shalat Istikharah terlihat yaitu pada ketika manusia sedang nyenyak tidur dan dunia hening tanpa ada suara yang hiruk pikuk, pada saat itu seorang hamba Allah ruku’ dua rakaat memanjatkan doa dan mengadukan nasibnya kepada Yang Maha Kuasa. Hati yang teguh disertai keyakinan yang kuat akan kebenaran agama Islam, niscaya semua kesulitan akan terpecahkan secara baik karena Shalat Sunnat Istikharah memberikan arah dan ketentraman kepada jiwa yang sedang kalut. Allah SWT akan memberikan petunjuk atas apa yang umat manusia resahkan melalui Rahmat dan Syafaat-Nya kepada hati sanubari manusia. Hati sanubari inilah kemudian yang menggerakkan raga manusia untuk memilih salah satu yang ditunjuk Allah. Namun sekiranya setelah selesai Shalat Sunnat Istikharah dan persoalan tidak juga kunjung terpecahkan. Ingat, jangan salahkan Allah, mungkin kita belum memenuhi syarat dan kriteria agar suatu doa diakbulkan. Mungkin juga hanya masalah waktu, sebaiknya kita ulangi dua sampai tiga kali Shalat Sunnat Istikharah kita. Sehingga Allah memberikan petunjuk-Nya (ilham) kepada diri kita. Sebab ada hal yang tidak dapat diperkirakan oleh akal manusia, yakni gerak Allah membantu hamba-Nya. Begitu juga, manusia kadang-kadang tidak sadar, bahwa ia justru sedang menikmati suatu karunia Illahi.

• Cara melakukan Shalat Sunnat Istikharah :
1. Niat :
2. Bacaan Surat setelah Al-Fatihah :
Rakaat Pertama, Surat Al-Kafirun
Rakaat kedua, Surat Al-Ikhlas
3. Selesai Shalat, mambaca doa. ( keterangan tersebut ini )

Pada waktu berdoa itulah disampaikan apa yang diinginkan dan inti dari Istikharah pada waktu tersebut. Ada Hadist Rosulullah SAW setentang doa Istikharah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai berikut :

“Ya Allah, Tuhanku, sesungguhnya aku mohon petunjuk kepada-Mu tentang mana yang baik buatku menurut ilmu-Mu. dan aku mohon diberi kekuatan dengan kekuatan-Mu dan dengan keagungan-Mu yang besar. Karena sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Kuasa, aku tidak berkuasa. Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan aku tidak mengetahui serta Engkaulah Yang Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa perkara ini baik bagiku dan agamaku dan dalam kehidupanku dan pada akibat tindakanku, maka tetapkanlah untukku kemudian berkahilah aku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa pekerjaan ini buruk bagiku dalam agamaku dan kehidupanku dan akibat tindakanku, maka palingkanlah yang jahat itu dari aku dan palingkanlah aku darinya. Dan tentukanlah bagiku kebajikan sekiranya ada. Kemudian ridhoilah aku dalam kebajikan itu. “ ( HR Bukhari )
*********
( Bahan-bahan (materi) diambil dan dikutip dari buku Rahasia Shalat Sunnat oleh : Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari dan dari buku PENDIDIKAN AGAMA ISLAM untuk siswa SMTA kelas III. Sesuai kurikulum 1975 yang disempurnakan (1984). Disusun oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum Negeri. SIPP : Surat Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. No : 50/E/87 tanggal 25 Juli 1987. )

Hukum Pacaran Dalam Islam

Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita dibagi menjadi dua, yaitu hubungan mahram dan hubungan nonmahram. Hubungan mahram adalah seperti yang disebutkan dalam Surah An-Nisa 23, yaitu mahram seorang laki-laki (atau wanita yang tidak boleh dikawin oleh laki-laki) adalah ibu (termasuk nenek), saudara perempuan (baik sekandung ataupun sebapak), bibi (dari bapak ataupun ibu), keponakan (dari saudara sekandung atau sebapak), anak perempuan (baik itu asli ataupun tiri dan termasuk di dalamnya cucu), ibu susu, saudara sesusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Maka, yang tidak termasuk mahram adalah sepupu, istri paman, dan semua wanita yang tidak disebutkan dalam ayat di atas.

Uturan untuk mahram sudah jelas, yaitu seorang laki-laki boleh berkhalwat (berdua-duaan) dengan mahramnya, semisal bapak dengan putrinya, kakak laki-laki dengan adiknya yang perempuan, dan seterusnya. Demikian pula, dibolehkan bagi mahramnya untuk tidak berhijab di mana seorang laki-laki boleh melihat langsung perempuan yang terhitung mahramnya tanpa hijab ataupun tanpa jilbab (tetapi bukan auratnya), semisal bapak melihat rambut putrinya, atau seorang kakak laki-laki melihat wajah adiknya yang perempuan. Aturan yang lain yaitu perempuan boleh berpergian jauh/safar lebih dari tiga hari jika ditemani oleh laki-laki yang terhitung mahramnya, misalnya kakak laki-laki mengantar adiknya yang perempuan tour keliling dunia. Aturan yang lain bahwa seorang laki-laki boleh menjadi wali bagi perempuan yang terhitung mahramnya, semisal seorang laki-laki yang menjadi wali bagi bibinya dalam pernikahan.

Hubungan yang kedua adalah hubungan nonmahram, yaitu larangan berkhalwat (berdua-duaan), larangan melihat langsung, dan kewajiban berhijab di samping berjilbab, tidak bisa berpergian lebih dari tiga hari dan tidak bisa menjadi walinya. Ada pula aturan yang lain, yaitu jika ingin berbicara dengan nonmahram, maka seorang perempuan harus didampingi oleh mahram aslinya. Misalnya, seorang siswi SMU yang ingin berbicara dengan temannya yang laki-laki harus ditemani oleh bapaknya atau kakaknya. Dengan demikian, hubungan nonmahram yang melanggar aturan di atas adalah haram dalam Islam. Perhatikan dan renungkanlah uraian berikut ini.

Firman Allah SWT yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra: 32).

“Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ‘Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ….’ Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan: ‘Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya …’.”
(An-Nur: 30–31).

Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi. Pandangan dapat dikatakan terpelihara apabila secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.

Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi, ‘Palingkanlah pandanganmu itu!” (HR Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Tirmizi).

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).

“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari).

Rasulullah saw. berpesan kepada Ali r.a. yang artinya, “Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun berikutnya tidak boleh.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Al-Hakim meriwayatkan, “Hati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita, sebab tiada seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada mahramnya melainkan ingin berzina padanya.”

Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan.

Ath-Thabarani dan Al-Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah berfirman yang artinya, ‘Penglihatan (melihat wanita) itu sebagai panah iblis yang sangat beracun, maka siapa mengelakkan (meninggalkannya) karena takut pada-Ku, maka Aku menggantikannya dengan iman yang dapat dirasakan manisnya dalam hatinya.”

Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, “Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya.”

Di dalam kitab Dzamm ul Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan dari Abu al-Hasan al-Wa’ifdz bahwa dia berkata, “Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa’idz wafat di kota Basrah, dia dimimpikan berwajah bundar seperti bulan di malam purnama. Akan tetapi, ada satu noktah hitam yang ada wajahnya. Maka orang yang melihat noda hitam itu pun bertanya kepadanya, ‘Wahai Habib, mengapa aku melihat ada noktah hitam berada di wajah Anda?’ Dia menjawab, ‘Pernah pada suatu ketika aku melewati kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, ‘Wahai Habib?’ Aku menjawab, ‘Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.’ Allah berfirman, ‘Lewatlah Kamu di atas neraka.’ Maka, aku melewatinya dan aku ditiup sekali sehingga aku berkata, ‘Aduh (karena sakitnya).’ Maka. Dia memanggilku, ‘Satu kali tiupan adalah untuk sekali pandangan. Seandainya kamu berkali-kali memandang, pasti Aku akan menambah tiupan (api neraka).”

Hal tersebut sebagai gambaran bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang kelihatan tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat kelak.

“Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua mengajakku keluar. Maka, aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya membawaku melihat lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya, menyala api, dan bila meluap apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali ke dasar. Lantas aku berkata, ‘Apa ini?’ Kedua orang itu berkata, ‘Mereka adalah orang-orang yang telah melakukan zina.” (Isi hadis tersebut kami ringkas redaksinya. Hadis di ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Di dalam kitab Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas r.a., keduanya berkata, Rasulullah saw. Berkhotbah, “Barang siapa yang memiliki kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas dia melakukannya, maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan memasukkan dia ke dalam neraka. Barang siapa yang memandang seorang wanita (yang tidak halal) baginya, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam neraka. Barang siapa yang berjabat tangan dengan seorang wanita (yang) haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan dibelenggu tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk masuk ke dalam neraka. Dan, barang siapa yang bersenda gurau dengan seorang wanita, maka dia akan ditahan selama seribu tahun untuk setiap kata yang diucapkan di dunia. Sedangkan setiap wanita yang menuruti (kemauan) lelaki (yang) haram (untuknya), sehingga lelaki itu terus membarengi dirinya, mencium, bergaul, menggoda, dan bersetubuh dengannya, maka wanitu itu juga mendapatkan dosa seperti yang diterima oleh lelaki tersebut.”

‘Atha’ al-Khurasaniy berkata, “Sesungguhnya neraka Jahanam memiliki tujuh buah pintu. Yang paling menakutkan, paling panas, dan paling bisuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi para pezina yang melakukan perbuatan tersebut setelah mengetahui hukumnya.”

Dari Ghazwan ibn Jarir, dari ayahnya bahwa mereka berbicara kepada Ali ibn Abi Thalib mengenai beberapa perbuatan keji. Lantas Ali r.a. berkata kepada mereka, “Apakah kalian tahu perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Jalla Sya’nuhu?” Mereka berkata, “Wahai Amir al-Mukminin, semua bentuk zina adalah perbuatan keji di sisi Allah.” Ali r.a. berkata, “Akan tetapi, aku akan memberitahukan kepada kalian sebuah bentuk perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Tabaaraka wa Taala, yaitu seorang hamba berzina dengan istri tetangganya yang muslim. Dengan demikian, dia telah menjadi pezina dan merusak istri seorang lelaki muslim.” Kemudian, Ali r.a. berkata lagi, “Sesungguhnya akan dikirim kepada manusia sebuah aroma bisuk pada hari kiamat, sehingga semua orang yang baik maupun orang yang buruk merasa tersiksa dengan bau tersebut. Bahkan, aroma itu melekat di setiap manusia, sehingga ada seseorang yang menyeru untuk memperdengarkan suaranya kepada semua manusia, “Apakah kalian tahu, bau apakah yang telah menyiksa penciuman kalian?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak mengetahuinya. Hanya saja yang paling mengherankan, bau tersebut sampai kepada masing-masing orang dari kita.” Lantas suara itu kembali terdengar, “Sesungguhnya itu adalah aroma alat kelamin para pezina yang menghadap Allah dengan membawa dosa zina dan belum sempat bertobat dari dosa tersebut.”

Bukankah banyak kejadian orang-orang yang berpacaran dan bercinta-cinta dengan orang yang telah berkeluarga? Jadi, pacaran tidak hanya mereka yang masih bujangan dan gadis, tetapi dari uisa akil balig hingga kakek nenek bisa berbuat seperti yang diancam oleh hukuman Allah tersebut di atas. Hanya saja, yang umum kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja.

Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan nonmahram. Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga perkawinan melalui sistem khitbah/lamaran dan pernikahan.

“Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami).

Selain dua hal tersebut di atas, baik itu dinamakan hubungan teman, pergaulan laki perempuan tanpa perasaan, ataupun hubungan profesional, ataupun pacaran, ataupun pergaulan guru dan murid, bahkan pergaulan antar-tetangga yang melanggar aturan di atas adalah haram, meskipun Islam tidak mengingkari adanya rasa suka atau bahkan cinta. Anda bahkan diperbolehkan suka kepada laki-laki yang bukan mahram, tetapi Anda diharamkan mengadakan hubungan terbuka dengan nonmahram tanpa mematuhi aturan di atas. Maka, hubungan atau jenis pergaulan yang Anda sebutkan dalam pertanyaan Anda adalah haram. Kalau masih ingin juga, Anda harus ditemani kakak laki-laki ataupun mahram laki-laki Anda dan Anda harus berhijab dan berjilbab agar memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam.

Hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah agar diberi kekuatan untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Semoga Allah menolong kita, amin.

Adapun pertanyaan berikutnya kami jawab bahwa cara mengetahui sifat calon pasangan adalah bisa tanya secara langsung dengan memakai pendamping (penengah) yang mahram. Atau, bisa melalui perantara, baik itu dari keluarga atau saudara kita sendiri ataupun dari orang lain yang dapat dipercaya. Hal ini berlaku bagi kedua belah pihak. Kemudian, bagi seorang laki-laki yang menyukai wanita yang hendak dinikahinya, sebelum dilangsungkan pernikahan, maka baginya diizinkan untuk melihat calon pasangannya untuk memantapkan hatinya dan agar tidak kecewa di kemudian hari.

“Apabila seseorang hendak meminang seorang wanita kemudian ia dapat melihat sebagian yang dikiranya dapat menarik untuk menikahinya, maka kerjakanlah.” (HR Abu Daud).

Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan sebagai persiapan seorang muslim apabila hendak melangsungkan pernikahan.
1. Memilih calon pasangan yang tepat.
2. Diproses melalui musyawarah dengan orang tua.
3. Melakukan salat istikharah.
4. Mempersiapkan nafkah lahir dan batin.
5. Mempelajari petunjuk agama tentang pernikahan.
6. Membaca sirah nabawiyah, khususnya yang menyangkut rumah tangga Rasulullah saw.
7. Menyelesaikan persyaratan administratif sesui dengan peraturan daerah tempat tinggal.
8. Melakukan khitbah/pinangan.
9. Memperbanyak taqarrub kepada Allah supaya memperoleh kelancaran.
10. Mempersiapkan walimah.

Sabtu, 03 Januari 2009

Cinta

Cinta sering diucapkan dengan kata-kata

Cinta sering dilakukan tanpa perbuatan

Cinta sering disebut tapi tidak dikenal

Cinta tidak mengenal cemburu

Cinta tidak mengenal pamrih

Cinta hanya memberi , memberi dan memberi

Cinta tidak dicari tapi mencari

Cinta tidak mengenal marah , sedih , benci , kecewa

Cinta itu bukan nafsu berahi tapi nafsu yang diberkahi

BISAKAH KITA MENCINTAI SEPERTI ALLAH MENCINTAI


Kang Dicky

Benarkah..?

Cinta adalah perasaan ingin disenangkan pasangan

Pasangan adalah milik pribadi yang harus menyenangkan

Pasangan tidak menyenangkan harus dimusuhi dan dicemburui

Itukah cinta ataukah ego yang terbungkus rapi…?

Egois adalah kalimat untuk orang lain , bukan untuk diri sendiri

Ketika orang lain memaksakan kehendak pada kita

Yang mengalahkan ego kita karena kalah daya dan kalah kuasa

Kita terlalu indah untuk disalahkan

Orang lainlah yang harus selalu salah dan egois

Tidak egoiskah itu…? Atau ego yang terbungkus kelemahan…?

Kelemahan adalah pilihan untuk selalu kalah

Ketika kalah , kita akan membuat alasan

Alasan dibuat untuk menutupi kesalahan

Ketika semua alasan tidak bisa diterima

Kesalahan akan kita buat indah dengan mengatakan : manusiawi

Manusiawi-kah manusia…? Mengapa saling berbeda…?

Manusiawi adalah kata yang diucapkan ketika melakukan kesalahan

Karena kesalahan kita harus terlihat wajar

Tidak diucapkan ketika melakukan hal dianggap benar

Karena benar yang dilakukan adalah kehebatan diri

Terlepas dari manusia yang lain dirinya lah yang hebat

Ketika kehebatannya tidak diakui orang lain terjadilah kekecewaan

Manusiawikah kalau kita selalu haus pujian…?

Kecewakah ketika orang tidak memuji kita…?

Kecewa muncul ketika keinginan dan kepentingan terhalangi

Kecewa muncul ketika gagal memaksakan apa yang kita mau

Bisakah untuk menutupi kekecewaan kita gunakan kata tawakal..?

Atau kita dengan memaksakan diri berusaha pasrah..?

Kekecewaan berkepanjangan akan menimbulkan perasaan marah

Marah muncul ketika kita merasa dirugikan

Marah tertuju pada siapapun atau apapun

Marah menimbulkan perlawanan

Perlawanan marah yang kalah akan menimbulkan ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan menimbulkan kesedihan

Manusiawikah kita…?

Ketika Allah SWT berfirman orang beriman jangan bersedih hati

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu

Kita membangkang dengan selalu menikmati marah dan sedih…

Lebih tahukah manusia daripada Allah SWT mengetahui

Manusiawikah kita…? Atau kita merasa tuhan untuk diri sendiri…?

Kesedihan perlu teman dengan alasan curhat…

Kemarahan perlu teman dengan alasan curhat…

Kebencian perlu teman dengan alasan curhat…

Curhat adalah sarana untuk berbagi kebencian , kesedihan , kemarahan

Agar teman membenci orang yang sama dengan orang yang kita benci

Agar teman marah pada orang yang sama dengan orang yang kita marahi

Agar terlihat indah curhat diberi nama lain yaitu ventilasi

Lalu apa bedanya sifat kita dengan sifat iblis

Karena di kutuk ingin mengajak teman agar sama-sama di kutuk

Benarkah kita khalifah di muka bumi…?

Khalifah yang mampu memimpin diri sendiri dan alam…?

Khalifah yang memiliki kesadaran manusiawi-Nya…?

Manusia yang hidup berdasarkan kacamata Sang Maha Mengetahui…?

Benarkah…?

Benarkah…?

Benarkah…?

Kang Dicky