Selasa, 19 Juni 2012

CERITA CINTA SEORANG SUAMI

Aku membencinya, Itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, Aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, Membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, Aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, Setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, Suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, Aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku. Di rumah kami, Akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, Aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, Aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, Aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, Aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, Aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku. Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, Tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, Dokterpun menolak menggugurkannya. Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami. Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, Dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, Ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, Saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, Karena merasa terjebak dengan perkimpoianku, Aku juga membenci kedua orangtuaku. Sebelum ke kantor, Biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, Ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu Seakan-akan berat untuk pergi. Ketika mereka pergi, Akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon. Namun betapa terkejutnya aku, Ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan. Aku menelepon suamiku dan bertanya, “Maaf sayang, Kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, Kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut. Dengan marah, Aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, Handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, Akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??” “Sayang, Aku pulang sekarang, Aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , Kuatir Aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, Aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu. Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, Aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah. Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, Terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “Selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” Kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, Ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, Serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, Aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis. Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, Aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, Mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, Aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, Airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam masjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, Tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara. Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, Karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Ia pun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku. Saat pemakaman, Aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya. Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, Aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, Aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, Membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku. Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, Tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, Tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, Sekarang aku memandangi komputer, Mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, Sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, Sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya. Aku juga marah pada diriku sendiri, Aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, Tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, Meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, Meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belakan, Hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku. Empat puluh hari setelah kematiannya, Keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, Aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, Ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana ? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia. Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, Ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku. Istriku Liliana tersayang, Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu. Maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. Seandainya aku bisa, Aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, Ya sayang. Jangan menangis, Sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku. Teruntuk Farah, Putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu. Dan Farhan, Ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke! Aku terisak membaca surat itu, Ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note. Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, Sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta. Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak- anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, Tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi. Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikah dengan seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?” Aku merangkulnya sambil berkata, “Cinta sayang, cintailah suamimu, Cintailah pilihan hatimu, Cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, Kau akan belajar menyenangkan hatinya, Akan belajar menerima kekurangannya, Akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, Kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.” Putriku menatapku, “Aeperti cinta ibu untuk ayah ? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?” Aku menggeleng, “Bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, Seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.” Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, Tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, Tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus. Penulis : Liliana Armandi.

Renungan Menghindari Perdebatan

Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda. HR. Abu Daud Berpangkal dari hadits di atas, hal ini merupakan petunjuk yang semestinya kita lakukan. Meski kita tidak melihat Rasulullah, tapi kita meyakini bahwa hadits-hadits yang jelas kesahihannya bersumber dari Rasulullah. Ulama-ulama dan para periwayat hadits di masa lampau hingga saat ini berusaha mengkaji tingkatan hadits dan kandungan Al Qur’an sehingga tercermin dalam akhlak mereka sehari-hari dan memudahkan kita untuk mengambil rujukan kemudian mengamalkannya. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah. Terjemah QS. Al-Ahzab 33: 21 Kewajiban taat kepada Rasulullah: Katakanlah (Muhammad), ”Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Terjemah QS. Ali Imran 3: 31 Katakanlah (Muhammad): “Ta’atilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” Terjemah QS. Ali Imran 3: 32 “… dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” QS Al Anfaal 8: 1 Kewajiban umat muslim untuk taat kepada Allah dan Rasul merupakan satu paket, yang tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Keterbatasan ilmu kita terhadap ilmu agama, sedikitnya amal kita, jangan sampai membuat kita meremehkan segala yang datang dari Rasulullah, perintahnya, larangannya, dan ajarannya. Yang di maksud sunnah Rasulullah di sini adalah segala perbuatan, perkataan, dan tingkah laku beliau; bukan nilai/hukum sunnah (tidak wajib) dalam ibadah. Kita memiliki banyak keterbatasan, baik ilmu maupun pemahaman, jika kita berada pada kondisi ini maka kewajiban kita adalah “mengikuti” petunjuk yang sudah ada (tentu saja petunjuk yang terpercaya keabsahannya). Jika merasa sudah “mumpuni” dengan ilmu dan amal, baik paham Al Qur’an dan paham ajaran Rasulullah juga tidak sepantasnya meremehkan ajaran tersebut. Salah satu sifat manusia memang suka berdebat, kemudian mengupayakan segala cara untuk mencari kemenangan dalam perdebatan itu. Hal inilah yang “diwanti-wanti” oleh Rasulullah agar dihindari. Setan sangat suka nimbrung dalam perdebatan untuk membisikkan perpecahan di antara kedua belah pihak. Dalam Islam, Rasulullah mengajarkan kita bertanya untuk mencari kebenaran bukan berdebat untuk mencari kemenangan. Inilah yang banyak kita lupakan saat ini, dalam jaman yang sangat jauh dari generasi Rasulullah. Dari Abu Hurairah radhiallohu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah bersabda: “Hentikanlah (menanyai) ku tentang apa yang aku abaikan untuk kalian. Sesungguhnya ummat yang sebelum kalian telah binasa karena mereka banyak bertanya dan mendebat para nabi mereka. Jika aku melarang kalian tentang sesuatu maka jauhilah dan jika aku memerintahkan kalian terhadap sesuatu maka lakukanlah semampu kalian.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim) Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu. Terjemah QS. Al Baqarah: 147 Rasulullah juga mewasiatkan kita agar senantiasa menghitung apa yang kita ucapkan, apakah itu ada manfaat kebaikan di dalamnya atau ucapan sia-sia, apalagi ucapan yang bernilai dosa di sisi Allah. Aisyah radhiallohu ‘anha berkata: Sesungguhnya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam apabila membicarakan suatu hal, dan ada orang yang mau menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya. HR. Bukhari-Muslim Dilarang pula seorang muslim mengolok-olok Allah, memperdebatkan ayat-ayat Nya, Rasul Nya, agama Islam, ajaran yang dibawa Rasul, dan segala sesuatu yang termasuk syariat islam. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), niscaya mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja“. Katakanlah: “Mengapa kepada Allah, ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Terjemah QS. At Taubah 9: 66 Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. Terjemah QS. Al Isra’ 17: 36 Jangan sampai kita mengikuti perbuatan bani Israil di jaman nabi Musa ‘alaihissalam dan perbuatan mereka sangat dimurkai Allah. Kisahnya diabadikan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 67-74. Ketika itu mereka diperintahkan untuk menyembelih seekor sapi. Tetapi mereka sengaja mempermainkan Nabi, banyak bertanya, dan mempersulit diri mereka sendiri dengan pertanyaan yang dibuat-buat. Akhirnya mereka nyaris tidak menjalankan apa yang diperintahkan. Memang benar, sebenarnya dengan banyak bertanya hal-hal yang tidak perlu dipertanyakan akan semakin menyusahkan kita untuk mengamalkannya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaga diri kita, sehingga diri kita senantiasa berada dalam kebaikan, mengucapkan kebaikan, mengajak kebaikan, dan mengamalkan kebaikan. Wallahu a’lam bish showab…

20 Perilaku Durhaka Istri Terhadap Suami

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab perilaku durhaka istri terhadap suami, antara lain : Kedudukan sosial istri lebih lebih tinggi daripada kedudukan suami, Istri lebih kaya dari suami, Istri lebih pandai dari suami, Watak istri lebih keras dari suami, Istri berasal dari lingkungan budaya yang menempatkan perempuan lebiih berkuasa daripada suami, Istri tidak mengerti tuntunan agama yang menempatkan istri dan suami pada ketentuan yang sebenarnya. Adapun 20 perilaku durhaka istri terhadap suami adalah sebagai berikut : 1. Mengabaikan Wewenang Suami. Di dalam rumah tangga, istri adalah orang yang berada di bawah perintah suami. Istri bertugas melaksanakan perintah-perintah suami yang berlaku dalam rumah tangganya. Rasulullah menggambarkan seandainya seorang suami memerintahkan suatu pekerjaan berupa memindahkan bukit merah ke bukit putih atau sebaliknya, maka tiada pilihan bagi istrinya selain melaksanakan perintah suaminya. 2. Menentang Perintah Suami. Di dalam rumah tangga, perintah yang harus dilaksanakan istri adalah perintah suami. Begitu juga larangan yang harus dilaksanakan istri adalah larangan suaminya. Sabda Rasulullah : " Tidaklah seorang perempuan menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan hak suaminya". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) Hadits tersebut tidak serta merta menempatkan kedudukan suami sederaja dengan Tuhan, tetapi hanya menerangkan bahwa jika hak suami untuk ditaati isstrinya yang sesuai dengan ketentuan Allah itu dilanggar oleh istrinya, ini berarti sama dengan istri melanggar perintah Allah SWT. 3. Enggan Memenuhi Kebutuhan Seksual Suami. Perkawinan diatur oleh syari'at Islam untuk memberikan jalan yang halal bagi suami dan istri untuk melakukan hubungan seksual atau penyaluran dorongan biologis. Dengan demikian manusia dapat melakukan regenerasi keturunan dengan cara yang diridlai Allah SWT. Karena itu, Islam menegaskan bahwasanya istri yang menolak ajakan suaminya berarti membuka pintu laknat terhadap dirinya. 4. Tidak Mau menemani Suami Tidur. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda : " ... Bila seorang istri semalaman tidur terpisah dari ranjang suaminya, maka malaikat melaknatnya sampai Shubuh." Bila istri ingin tidur sendiri, sedang suaminya berada di rumah pada malam harinya, maka ia harus meminta ijin terlebih dahulu pada suaminya. 5. Memberatkan Beban Belanja Suami. Allah SWT telah menegaskan bahwa setiap suami bertanggung jawab memberi nafkah istrinya sesuai dengan kemampuan. Istri yang menyadari bahwa suaminya miskin tidak dibenarkan menuntut belanja dari suaminya hanya mempertimbangkan kebutuhannya sendiri sehingga memberatkan suaminya. 6. Tidak Mau Bersolek Untuk Suaminya. Para istri diperintahkan untuk berkhidmat pada suaminya, termasuk mengurus dirinya sendiri dengan berhias dan berdandan sehingga dapat menyenangkan hati suaminya dan menimbulkan gairah dalam hidup bersama dirinya. 7. Merusak kehidupan Agama Suami. Istri diperintahkan untuk membantu suaminya dalam menegakkan kehidupan beragama, sedangkan suami diperintahkan untuk membimbing istri menjalankan agamanya dengan baik. Karena itu, kalau istri tidak mau membatu suami menegakkan agama, apalagi merusak iman dan akhlak agama suami, sudah tentu ia menjerumuskan suaminya ke dalam neraka. 8. Mengenyampingkan Kepentingan Suami Dari Aisyah ra, ujarnya : saya bertanya kepada Rasulullah SAW . : " Siapakah orang yang mempunyai hak paling besar terhadap seorang wanita?" Sabdanya : " Suaminya". Saya bertanya : " Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap seorang lelaki. " Jawabnya : "Ibunya". (HR.Bazaar dan Hakim; Hadits hasan) Jelaslah Hadits di atas bahwa kepentingan suami harus lebih didahulukan oleh seorang istri daripada kepentingan ibu kandungnya sesndiri. 9. Keluar Rumah Tanpa Izin Suami. Istri ditetapkan oleh Islam menjadi wakil suami dalam mengurus rumah tangga. Karena itu bilamana ia keluar meninggalkan rumah, maka dengan sendirinya ia harus lebih dulu mendapatkan izin suaminya. Bila ia tidak minta izin dan keluar rumah dengan kemauannya sendiri, maka ia telah melanggar kewajibannya terhadap suami, sedangkan melanggar kewajiban berarti durhaka terhadap suaminya. 10. Melarikan Diri Dari Rumah Suami Rasulullah saw bersabda : "Dua golongan yang sholatnya tidak bermanfaat bagi dirinya yaitu hamba yang melarikan diri dari rumah tuannya sampai ia pulang; dan istri yang melarikan diri dari rumah suaminya sampai ia kembali." (HR. Hakim, dari Ibnu 'Umar) 11. Menerima Tamu Laki-laki Yang Tidak Disukai Suami. Dalam sebuah Hadits, Rasulullah telah menegaskan bahwa seorang istri diwajibkan memenuhi hak-hak suaminya. Diantaranya yaitu : a. Tidak mempersilakan siapapun yang tidak disenangi suaminya untuk menjamah tempat tidurnya. b. Tidak mengizinkan tamu masuk bila yang bersangkutan tidak disukai oleh suaminya. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi, Hadits hasan shahih) 12. Tidak Menolak Jamahan Lelaki Lain. ".... maka wanita-wanita yang shalih itu ialah yang taat lagi memelihara (dirinya dan harta suaminya) dikala suaminya tidak ada sebagaimana Allah telah memeliharanya..." (QS. An-Nisaa' (4) ayat 34) Rasulullah menjelaskan bahwa seorang istri yang membiarkan dirinya dijamah lelaki lain boleh diceraikan. Hal itu menunjukan bahwa perbuatan istri tersebut adalah durhaka terhadap suaminya. 13. Tidak Mau merawat Ketika Suami Sakit. Bila seorang istri menolak merawat suami yang sakit dengan alasan sibuk kerja atau tidak ada waktu karena merawat anak, maka ia telah melakukan tindakan yang tidak benar. 14. Puasa Sunnah Tanpa Izin Saat Suami Di Rumah. Dari Abu Harairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda: " Seorang istri tidak halal berpuasa ketika suami ada di rumah tanpa izinnya." (HR. Bukhari dan Muslim) 15. Menceritakan Seluk Beluk Fisik Wanita Lain Kepada Suami. Dari Ibnu Mas'ud, ujarnya : Rasulullah saw. bersabda: "Seorang wanita tidak boleh bergaul dengan wanita lain, kemudian menceritakan kepada suaminya keadaan wanita itu, sehingga suaminya seolah-olah melihat keadaan wanita tersebut." (HR. Bukhari dan Muslim) 16. Menolak Kedatangan Suami Bergilir Kepadanya. Seorang istri yang dimadu, tetap mempunyai kewajiban untuk mentaati perintahnya, menyenangkan hatinya, berbhakti dan selalu berperilaku baik kepada suaminya ketika ia datang bergilir. 17. Mentaati Perintah Orang Lain Di Rumah Suaminya. 18. Menyuruh Suami Menceraikan Madunya 19. Minta Cerai Tanpa Alasan Yang Sah. 20. Mengambil Harta Suami Tanpa Izinnya. Sumber: http://id.shvoong.com/books/dictionary/2195434-20-perilaku-durhaka-istri-terhadap/#ixzz1rPn4T5CC

Senin, 18 Juni 2012

Siapkah kita menghadapi 4 pertanyaan di padang mahsyar

Setiap manusia wajib mengimani hari akhir atau hari kiamat. Bahkan hal itu merupakan rukun iman yang kelima. Di dalam hadist-hadist sahih di terangkanlah bahwa setelah dunia ini hancur, manusia yang dalam kubur di bangkitkan dan akan menghadapi peristiwa tsb ? Apa saja yang terjadi pada saat itu? Pada saat itu manusia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah subhanahuwata'ala tentang segala macam yang telah dilakukan selama hidup di dunia ini. Pada hari itu tidak berguna harta, anak, tidak bermanfa'at apa yang dibanggakan selama hidup di dunia ini. Pada hari itu hanya ada Penguasa tunggal yaitu Allah subhanahuwata'ala yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan kepada manusia, kemudian Dia menyuruh menggunakan nikmat itu sebaik - baiknya dalam rangka mengabdi kepada-Nya. Karena Allah telah mengkaruniakan nikmat-nikmat itu kepada manusia, maka sangat wajar apabila Ia menanyakan kepada manusia untuk apa nikmat-nikmat itu digunakan. Dalam sebuah hadist mengatakan (sabda Rasulullah saw) : "Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menuju batas shirothol mustaqim) sehingga ia di tanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh dan dikemanakan ia habiskan dan badannya untuk apa ia gunakan." (HR Sahih Turmizi dan Ad Damiri). 1. UMUR Umur adalah sesuatu yang tidak lepas dari manusia. Bila kita berbicara tentang umur, maka berarti kita berbicara tentang waktu. Allah dalam Alqur'an telah bersumpah degnan waktu : " Demi masa", maksudnya agar manusia lebih memperhatikan waktu. Waktu yang di berikan Allah adalah 24 jam dalam sehari semalam. Untuk apa waktu itu kita gunakan ? Apakah waktu itu untuk beribadah atau untuk hal yang sia-sia. Diantara sebab-sebab kemunduran ummat Islam ialah bahwa mereka tidak pandai menggunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfa'at, sebagian waktunya digunakan untuk bergurau, mengobrol hal - hal yang tak berguna bahkan terkadang membawa kepada perdebatan yang tak berarti hingga membawa keperkelahian. Sementara orang-orang kafir menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya, sehingga mereka maju di dalam segala bidang kehidupan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Keadaan ummat Islam saat ini sangat memprihatinkan. Ada diantara mereka yang tidak mengerti ajaran agamanya dan tidak mengerti ilmu pengetahuan umum. Bahkan ada diantara mereka yang buta baca tulis Alqur'an. Bila kita mau meningkatkan iman dan amal (pekerjaan/ilmu), maka seharusnya kita bertanya kepada diri masing-masing; Sudah berapa umur kita hari ini dan apa yang sudah kita ketahui tentang Islam, apa pula yang sudah kita amalkan dari ajaran Islam ini? Janganlah kita termasuk orang-orang yang lalai dan merugi. Umur tidak terasa berjalan merayapi kehidupan kita. Tanpa kita sadari, sekejap saja umur kita telah tertinggal jauh, yang tersisa hanya beberapa tahun saja atau beberapa hari bahkan beberapa detik saja. Kemarin kita masih dimanja-manja, bermain tertawa bebas - sedikit bergembira dan banyak mengalami kesusahan dalam menjalani perputaran kehidupan di dunia ini, lalu berkeluarga dan tiba-tiba kita telah menggenapi diatas puluhan tahun dan menanti hari ketiadaan kita di dunia ini seperti semula. Apakah akan kita sia-siakan umur yang bagai KERCAPAN MATA ini untuk hal-hal yang hanya akan merugikan kita di dunia maupun di hari akhir kelak ? 2. ILMU Yang membedakan antra muslim dan non muslim adalah ilmu dan amal. Orang muslim berbeda amaliahnya dengan orang kafir dalam segala hal, dari mulai kebersihan, berpakaian, berumah tangga, bermuamalah (hubungan dalam bermasyarakat), berperilaku dll. Seorang muslim di perintahkan oleh Allah dan rosul-Nya agar menuntut ilmu. Allah berfirman : Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? ( Az Zumar : 9). Ayat diatas kendatipun berbentuk pertanyaan tetapi mengandung perintah untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu hukumnya wajib (ilmu agama dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat) atas setiap individu muslim, misalnya ilmu agama : tentang membersihkan najis, berwudhu yang benar, cara shalat yang benar dan hal-hal yang di laksanakan setiap hari. Ilmu keduniawian : belajar menuntut ilmu tiada batasan umur dan wajib di amalkan (di terapkan) untuk kelangsungan hidup dan kemaslahatan sesama manusia. Karena ia tidak tahu, maka amalannya akan tertolak, dan Allah akan bertanya kepadanya kenapa ia mengikuti apa yang ia tidak ketahui, seperti dalam firman-Nya : "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati. semuanya itu akan di minta pertanggungjawabannya ". (Al Isra' : 36). Ilmu yang sudah dipelajari oleh ummat Islam harus di gunakan untuk kepentingan Islam dan sesama manusia. Ilmu yang sudah di tuntut dan di pelajari wajib di amalkan menurut syari'at (aturan/ajaran) Islam. Ilmu tidak akan berarti apa apa dalam hidup dan kehidupan manusia kecuali bila manusia mengamalkannya, rosulullah saw bersabda : " Beramallah kamu (dengan ilmu yang ada) karena tiap tiap orang dimudahkan menurut apa apa yang Allah ciptakan atasnya". ( HR Muslim). Akal fikiran diberikan untuk di pergunakan pada tempatnya, yaitu menuntut ilmu. Baik Ilmu duniawi maupun ilmu ukhrawi. Menuntut ilmu tidak mengenal umur, waktu atau tempat. Sudahkah kita menggunakan akal fikiran yang Dia limpahkan ini pada hal-hal yang berguna baik bagi diri maupun orang sekitar kita ? Allah ta'ala telah melimpahkan umur,akal fikiran dan pengetahuan, mengapa kita tidak mencarinya? Jadi tiada alasan yang bisa di terima Allah pada waktu hari penghisaban kelak bagi umat-Nya. Janganlah kita termasuk umat yang menyesal di kemudian hari. 3. HARTA Rosulullah saw bersabda " bagi tiap tiap umat itu fitnah dan sesungguhnya fitnah umatku adalah harta ". (HR Turmizi dan Hakim). Harta pada hakikatnya adalah milik Allah. Harta adalah amanat Allah yang dilimpahkan kepada umat manusia agar ia mencari harta itu dengan halal, menggunakan harta itu pada tempat yang telah di tetapkan dalam syari'at Islam. Bila kita amati keadaan umat Islam kini, banyak kita dapati diantara mereka yang tidak lagi peduli dengan cara mengumpulkan hartanya apakah dari jalan yang dihalalkan atau yang di haramkan dalam syari'at Islam '. Rosulullah saw telah meramalkan hal ini dengan sabdanya : "Nanti akan datang suatu masa; di masa itu manusia tidak perduli dari mana harta itu di peroleh, apakah dari yang haram atau yang halal ". (HR Bukhari). Setiap muslim harus hati-hati dalam mencari mata pencaharian hidupnya karena manusia yang terdesak dalam masalah ekonomi lalu ia menjadi kalut hingga tidak peduli lagi harta itu dari mana ia peroleh. Ada harta yang di perolehnya dari usaha-usahanya yang batil, misal ; hutang tidak di bayar, korupsi, riba, merampok, berjudi dlsb. Orang mencari usaha dari yang haram akan mendapat siksa Allah, seperti yang disabdakan Rosulullah saw : "Barang siapa yang dagingnya tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih patut baginya (sebagai tempatnya) ". ( HR Al Hakim). Harta yang kita dapat dengan cara yang halal harus pula kita infakkan pada jalan yang benar pula. Bila tadi di sebut harta itu milik Allah, maka wajib pula kita gunakan harta itu dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini. Di dalam Alqur'an ada delapan golongan yang berhak mendapat zakat, yaitu para fuqara (orang faqir), masakin (orang miskin), amil (pengurus zakat), mu'allaf (orang yang baru masuk Islam), untuk membebaskan budak, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang sedang berjuang di jalan Allah dan orang-orang yang sedang ada dalam perjalanan jauh (musafir). Pada masa sekarang ini ada tiga golongan yang di prioritaskan yang berhak mendapatkan infaq dan sadakah, yaitu golongan fuqara, masakin dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Orang faqir adalah orang yang membutuhkan/mempunyai kebutuhan hidup tetapi tidak mempunyai pekerjaan sedangkan hidupnya di gunakan untuk membantu agama Islam. Jadi orang faqir ialah orang yang hidupnya untuk berjuang di jalan Allah bukan pemalas yang tidak mau berusaha tetapi usahanya hanya bisa mencukupi kebutuhan minimal dalam keluarganya saja (makan sehari-hari). 4. BADAN Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang di ciptakan Allah di muka bumi ini. Dengan kesempurnaan susunan tubuh serta akal fikiran yang di berikan Allah, manusia di jadikan sebagai khalifah di muka bumi ini, manusia di bebani taklif agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Jasmani manusia ini di tuntut bekerja untuk melaksanakan fungsi khilafah dalam rangka mengabdi kepada Allah. Letihnya manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah akan di ganjar dengan pahala. Tetapi bila letihnya dalam rangka main-main, mengerjakan maksiat, perbuatan sia-sia, beribadah dengan yang tidak pernah di contohkan rosul Allah saw, maka sia-sialah letihnya itu, bahkan ada yang di ganjar dengan api neraka, karena mereka termasuk orang-orang yang celaka, sebagaimana sabda nabi Allah saw : " Tiap-tiap amal (pekerjaan) ada masa-masa semangat, dan tiap-tiap semangat ada masa lelahnya maka barangsiapa lelah dan letihnya karena melaksanakan sunnahku, maka ia telah mendapatkan petunjuk, dan barang siapa letihnya bukan karena melaksanakan sunnahku, maka dia termasuk orang yang binasa ". (HR Al Hakim dan Al Baihaqi). Begitulah, pada hari mahsyar masing-masing manusia akan di minta pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang telah di kerjakan selama hidupnya di dunia ini. Sudah siapkah kita menjawab pertanyaan - pertanyaan yang akan di tanyakan kepada kita pada saat itu ? Kalau belum, kapan lagi kita mempersiapkan diri kalau tidak sekarang ? Kita tidak tahu kapan giliran kita dipanggil, tahun depan, bulan depan, minggu depan, besok, nanti malam, 1 jam lagi atau beberapa menit lagi. Wallahu a'lam. Oleh Ust. Yazid Abdul Qadir Jawas taken from bdi-kps

Selasa, 12 Juni 2012

Dan Izinkan Aku Menangis Di Jalan Indah Ini

dakwatuna.com - Izinkan aku menangis Ketika rasa bosan menyapa dan menghampiri di jalan nan indah ini, mungkin ini sebuah kejaran fluktuatif iman atau inilah sekumpulan mengudaranya uap yang dihasilkan dari luapan air kelalaian yang mendidih di atas api keluhan. Banyak pelajaran-pelajaran besar yang dapat kita peluk untuk dijadikan sebuah geliat teladan hidup. Izinkan aku menangis sejenak bersama lantunan sendu tilawahku. Berusaha menemukan kembali sesuatu yang telah raib di dada ini. Kadang memang keterkesanan merupakan sebuah muwashafat jiwa yang berangkulan bersama kerja-kerja cita cinta yang agung. Izinkan aku meneteskan air mataku di kala pertemuan-pertemuan syahdu dalam kebersamaan shalatku. Karena terkadang kita seperti berada di hutan belantara, tersesat terseok-seok mencari jalan keluar dari berbagai hembusan-hembusan ujian keimanan yang menerpa tak kenal waktu. Namun sesungguhnya pertolongan itu selayaknya begitu dekat ada di dalam shalat yang seharusnya jiwa dan raga yang berdiri tegap dalam menghamba sepenuh dan sebenar-benar penghambaan. Ada sebuah titah untuk setiap insan, ada kebebasan yang ini diberikan kepada kita namun tak Cuma-Cuma karena ada bayaran yang harus kita keluarkan dari apa yang akan kita perbuat yaitu semua dibayar dengan senyum-senyum sumringahnya rasa syukur dan pertanggungjawaban kelak di pengadilan tertinggi di hadapan yang maha tinggi. Namun kebanyakan kita selalu menghilangkan kesadaran kita tentang pembayaran itu bak si pengutang yang lupa akan utangnya. Ada harga yang harus kita tunaikan atas segala anugerah yang menyertai sepanjang hidup ini. Dan bisa jadi inilah jalan indah yang mampu membayar karena inilah jalan yang berhakikat perniagaan yang paling dan sangat menguntungkan. Masihkah aku harus menangis yang di dalamnya lekang bukan tangisan bersama derapan langkah menuju sang zat penggenggam jiwa ini. Bukankah di jalan nan indah ini akan banyak kita temui tangisan-tangisan memilukan jiwa. Namun sepertinya tak perlu kau rasakan kesakitan itu yang terlahir dari kesalahpahaman interaksi bersama para pejalan lain di jalan indah ini. Namun hal penting yang harus kita bangun adalah terjaganya kita dan bangkit setelah menangis. Di jalan nan indah ini tak sejatinya bukan di isi oleh golongan hamba-hamba penikmat candu-candu ekslusifitas tertipu dalam ritual abadi mereka. Karena sang teladan ketika ia pernah di berikan semilir angin surga ketika melakukan perjalanan horizontal dan berlanjut dengan langkah vertikal di episode Isra mi’raj perjalanannya hanya sebatas waktu ketika bumi terlelap dalam selimut gelap dalam semalam saja. Sang uswah harus turun kembali ke bumi tempat dimana peperangan terus bergulir sampai akhir zaman. Ada tebasan pedang suci yang harus di ayunkan mengalahkan kekejian tingkah-tingkah keangkaramurkaan. Dan di jalan yang indah ini cukuplah kita menjadi para penunggang kuda di siang hari dan menjadi rahib di malam hari. Terlahir untuk mensenyumkan hidup dan mati dan hidup lagi di alam kekal dengan senyuman kekal. Bergerak bersama semangat para pendahulu kita merekalah murid-murid berprestasi di sekolah tarbiyah Rasulullah generasi yang bercahaya menjadi mutiara generasi terbaik sepanjang jalan. Selembut dan sebijak As Siddiq si pemandu pasca Rasulullah yang kelak posisinya paling dekat dengan Rasulullah di surga, setegas Umar sang perubah langkah periode dakwah terang-terangan yang kelak meminang bidadari edisi special, sepemalu Utsman yang malaikat pun malu padanya dan suami dari dua putri Rasulullah, seberani Ali karamallahu wajhah ketika mengayunkan sang dzulfiqor ia pun menjadi si pencicip pertama dan pelanggan sebuah telaga di surga. Ada juga sahabat yang matinya menggetarkan arrasy, Hanzalah yang jasadnya dimandikan malaikat, Ja’far yang kedua lengannya putus dan syahid kelak tangannya bersayap hijau sepasang sayap yang mampu membawanya melintasi pelosok keluasan surga, Bilal si mantan budak hitam yang suara terompahnya terdengar mendahului Rasulullah di surga, juga sang Azzahra si pemimpin wanita surga, dan banyak lagi yang lainnya. Maka terlahirlah kita menjadi muslim di mana di sinilah jalan indah akan kita mulai. Tumbuhlah menjadi generasi rabbani dan kelak mati bersama selimut kesyahidan. Dan izinkan lah sejenak kita menangis teruntuk air matanya membasuhkan luka dan kotoran meluluhkan noktah hitam dalam kalbu. Maka bergegaslah menjadi paling militant dalam mengemban tugas ilahiyah bersama bekal warisan sang Rasul, mewarisi akhlak para nabi. Dan akhirilah tangisan-tangisan ketika kita terlahir ke dunia biarkan mereka yang kita tinggalkan menangisi kita namun kita menyunggingkan senyuman indah bersama getaran nafsul muthmainah di ujung kehidupan di dunia ini. Menjejakkan langkah-langkah terbaik di bumi dan melangitkan cita di tempat tertinggi dalam dekapanNya. Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/20974/dan-izinkan-aku-menangis-di-jalan-indah-ini/#ixzz1xZMZbrw5