Hari demi hari telah kita lalui, semakin dekat perjumpaan kita dengan Sang Maha Pencipta..
Sabtu, 18 Oktober 2008
[4]. Isteri Harus Berhias Dan Mempercantik Diri Untuk Suami, Selalu Tersenyum Dan Tidak Bermuka Masam Di Hadapan Suaminya, Juga Jangan Sampai Ia Memperlihatkan Keadaan Yang Tidak Disukai Oleh Suaminya.
Seorang isteri tidak boleh meremehkan kebersihan dirinya, sebab kebersihan merupakan bagian dari iman. Dia harus selalu mengikuti sunnah, seperti membersihkan dirinya, mandi, memakai minyak wangi dan merawat dirinya agar ia selalu berpenampilan bersih dan harum di hadapan suaminya, hal ini menyebabkan terus berseminya cinta kasih di antara keduanya dan kehidupan ini akan terasa nikmat.
Berhias untuk suami adalah dianjurkan selagi dalam batas-batas yang tidak dilarang oleh syari’at, seperti mencukur alis, menyambung rambut, mentato tubuhnya dan lainnya.
Seorang isteri ideal selalu nampak ceria, lemah lembut dan menyenangkan suami. Jika suami pulang ke rumah setelah seharian bekerja, maka ia mendapatkan sesuatu yang dapat menenangkan dan menghibur hatinya. Jika suami mendapati isteri yang bersolek dan ceria menyambut kedatangannya, maka ia telah mendapatkan ketenangan yang hakiki dari isterinya.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” [Ar-Ruum : 21]
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Artinya : Sebaik-baik isteri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya, taat jika engkau menyuruhnya, serta menjaga dirinya dan hartamu di saat engkau pergi.” [1]
[5]. Seorang Isteri Tidak Boleh Mengungkit-ungkit Apa Yang Pernah Ia Berikan Dari Hartanya Kepada Suaminya Maupun Keluarganya.
Karena menyebut-nyebut pemberian dapat membatalkan pahala. Allah Ta’ala berfirman:
“Artinya ; Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima).” [Al-Baqarah : 264]
[6]. Seorang Isteri Tidak Boleh Menyakiti Suami, Baik Dengan Ucapan Maupun Perbuatan.
Seorang isteri tidak boleh memanggil suami dengan kejelekan atau mencaci-makinya karena yang demikian itu dapat menyakiti hati suami.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Artinya : Tidaklah seorang isteri menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya dari para bidadari Surga akan berkata, ‘Janganlah engkau menyakitinya. Celakalah dirimu! Karena ia hanya sejenak berkumpul denganmu yang kemudian meninggalkan-mu untuk kembali kepada kami.” [2]
[7]. Isteri Harus Dapat Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Dan Kerabat Suami.
Karena seorang isteri tidak dianggap berbuat baik kepada suaminya jika ia memperlakukan orang tua dan kerabatnya dengan kejelekan. Setiap isteri harus memperhatikan kedua orang tua suami dan berbuat baik kepada mereka.
[8]. Isteri Harus Pandai Menjaga Rahasia Suami Dan Rahasia Rumah Tangga. Jangan Sekali-kali Ia Menyebarluaskannya.
Isteri yang shalihah tidak boleh mengabarkan/ menceritakan suaminya kepada orang lain, tidak membocorkan rahasianya dan tidak membuka apa yang disembunyikan dan tidak membuka aib suaminya. Dan di antara rahasia yang paling dalam adalah perkara ranjang suami-isteri. Sungguh, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang hal itu.
[9]. Isteri Harus Bersungguh-Sungguh Dalam Menjaga Keberlangsungan Rumah Tangga Bersama Suami-nya.
Janganlah ia meminta cerai tanpa ada alasan yang disyari’atkan.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Artinya ; Siapa pun isteri yang meminta cerai dari suaminya tanpa alasan yang benar, maka ia tidak akan mencium aroma Surga.” [3]
Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
“Para isteri yang meminta cerai adalah orang-orang munafik.” [4]
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Putaka A-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa'dah 1427H/Desember 2006]
__________
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aku pernah tidur, lalu aku bermimpi diriku berada di Surga, lalu aku mendengar suara seorang yang sedang membaca (al-Qur’an), lalu kutanyakan, ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah Haritsah bin an-Nu’man”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Demikianlah ganjaran dari berbakti, demikianlah ganjaran dari berbakti”
Beliau adalah orang yang paling berbakti terhadap ibunya. [HR. Ahmad dengan sanad yang shahih]
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ketika ada tiga orang berjalan-jalan tiba-tiba mereka kehujanan, lalu mereka berteduh di dalam gua pada sebuah gunung. Ketika mereka tengah berada di dalam gua itu, tiba-tiba ada batu besar yang jatuh sehingga menutupi mulut gua tersebut. Lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian lainnya, ‘Lihatlah pada amalan yang paling baik yang pernah kalian kerjakan, lalu mohonlah kepada Allah dengan amalan tersebut, siapa tahu akan dibukakan celah pada batu tersebut bagi kalian.’ Lalu salah seorang di antara mereka berkata, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orang tua yang sudah lanjut usia sementara aku memiliki isteri dan juga anak-anak yang masih kecil. Dan aku memelihara mereka. Karenanya, jika aku telah mengandangkan kambingku, aku mulai mengurus kedua orang tuaku, dimana aku memberi minum susu keduanya. Kemudian aku tidak mendatanginya sehingga kedua orang tuaku tidur. Kemudian aku membersihkan bejana, lalu memerah susu. Selanjutnya aku membawa susu itu dekat kepala kedua orang tuaku sementara anak-anak bergelantungan di kedua kakiku, karena aku tidak ingin memulai mengurus mereka sebelum mengurus kedua orang tuaku dan aku tidak ingin membangunkan keduanya. Dan aku masih terus berdiri sampai fajar bersinar terang. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku melakukan hal itu dalam rangka mencari keridhaan-Mu, maka bukakanlah untuk kami sebuah celah dimana kami dapat melihat langit darinya. Maka Allah pun membukakan celah bagi mereka sehingga mereka dapat melihat langit darinya… [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Dari Usair bin Jabir, dia berkata, ‘Umar bin al-Khaththab jika didatangi oleh rombongan penduduk Yaman, maka dia akan bertanya kepada mereka, “Apakah di antara kalian terdapat Uwais bin ‘Amir?” Sehingga dia mendatangi Uwais seraya berkata, “Engkau Uwais bin ‘Amir?” “Ya,” jawabnya.
‘Umar berkata, ‘Dari Murad dan kemudian Qaran?’ ‘Ya,’ jawabnya. ‘Umar berkata, “Dan padamu terdapat penyakit kusta, lalu engkau sudah sembuh darinya, kecuali tersisa sebesar dirham?” “Ya,” jawabnya.
‘Umar bertanya, “Apakah engkau masih memiliki ibu?’ ‘Ya, masih,’ jawabnya.
‘Umar berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir dari rombongan penduduk Yaman dari Murad, kemudian dari Qaran. Dimana padanya terdapat penyakit kusta dan kemudian sembuh darinya kecuali satu tempat dari tubuhnya sebesar uang dirham. Dia memiliki seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya. Jika dia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan menerimanya. Oleh karena itu, jika engkau bisa meminta kepadanya supaya memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah.’ Oleh karena itu, mohonkanlah ampunan untukku.”
Kemudian dia pun memohonkan ampunan untuknya. Lalu ‘Umar berkata kepadanya, “Ke mana engkau hendak pergi?” “Ke Kufah,” jawabnya.
‘Umar berkata, “Maukah engkau aku tuliskan surat untukmu kepada pemimpinnya?” Dia berkata, “Aku tinggal bersama orang-orang miskin lebih aku sukai.”
Usair berkata, “Dan pada tahun berikutnya, ada seseorang, yang termasuk pemuka di antara mereka, lalu berpapasan dengan ‘Umar, kemudian ‘Umar menanyakan Uwais. Orang itu berkata, ‘Aku meninggalkannya dengan rumah yang mengenaskan dan sedikit harta.’
‘Umar berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir dari rombongan penduduk Yaman dari Murad dan kemudian dari Qaran. Di mana padanya terdapat penyakit kusta, kemudian sembuh darinya kecuali satu tempat pada tubuhnya sebesar uang dirham. Dia memiliki seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya. Jika dia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya. Oleh karena itu, jika engkau bisa meminta kepadanya supaya memohonkan ampunan untukmu, maka lakukanlah”
Lalu Usair mendatangi ‘Uwais seraya berkata, “Mohonkanlah ampunan untukku.”
Usair berkata, ‘Engkau baru saja melakukan perjalanan yang baik, maka mohonkanlah ampunan untukku. Apakah engkau pernah bertemu ‘Umar?’ ‘Ya,’ jawabnya.
Lalu dia pun memohonkan ampunan untuknya. Maka orang-orang pun memahaminya sehingga mereka pun pergi mendatanginya.
Usair berkata, “Aku memakaikan baju burdah kepadanya. Di mana setiap kali dia dilihat oleh orang, maka orang itu berkata, ‘Dari mana Uwais mendapatkan baju burdah itu?’” [HR. Muslim]
Oleh
Ummu Salamah As-Salafiyyah
Rabu, 15 Oktober 2008
Waspadalah Terhadap Perangkap Riya..!
Di antara jenis riya’ ialah sebagi berikut : Riya Yang Berkaitan Dengan Badan : Misalnya dengan menampakkan kekurusan dan wajah pucat, agar penampakan ini, orang-orang yang melihatnya menilainya memiliki kesungguhan dan dominannya rasa takut terhadap akhirat. Dan yang mendekati penampilan seperti ini ialah dengan merendahkan suara, menjadikan dua matanya menjadi cekung, menampakkan keloyoan badan, untuk menampakkan bahwa ia rajin berpuasa. Riya Dari Sisi Pakaian : Misalnya, membiarkan bekas sujud pada wajah, mengenakan pakaian jenis tertentu yang biasa dikenakan oleh sekelompok orang yang masyarakat menilai mereka sebagai ulama, maka dia mengenakan pakaian itu agar dikatakan sebagai orang alim. Riya Dengan Perkataan : Umumnya, riya’ seperti ini dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan agama. Yaitu dengan memberi nasihat, memberi peringatan, menghafalkan hadits-hadits dan riwayat-riwayat, dengan tujuan untuk berdiskusi dan melakukan perdebatan, menampakkan kelebihan ilmu, berdzikir dengan menggerakkan dua bibir di hadapan orang banyak.dicopy dari : http://www.almanhaj.or.id/
Selasa, 14 Oktober 2008
Ilmu Yang Tidak Berbuah
Termaktub indah dalam Al Qur’an,
”Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan”.
Diantara kewajiban pemilik ilmu pengetahuan adalah mengamalkan apa yang telah diperoleh dan yang dipahami atas ilmunya. Ilmu tentang ibadah menuntut pemiliknya untuk melaksanakan ibadah secara benar, dengan memenuhi syarat dan rukunnya dengan murni karena Allah SWT.
Ilmu tentang muamalah akan menuntut pemiliknya untuk bermuamalah dalam batas-batas kehalalan dan menjauhi keharaman. Ilmu tentang Akhlak menjadikan pemilik untuk mempercantik diri dengan keutamaan akhlak dan menjauhi akhlak tercela. Ilmu tentang menuju akhirat, dengannya akan memberikan kewaspadaan dan meluruskan jalan-jalan menuju akhir yang baik di akhirat.
Termasuk dalam ilmu-ilmu duniawi. Seorang ahli kesehatan memberikan nasehat bahaya rokok dan dia memberikan contoh untuk meninggalkan rokok. Seorang ahli ekonomi tahu persis resiko berlebih-lebihan sehingga ia tidak akan boros. Seorang sosiolog sangat menyarankan kerjasama dalam bermasyarakat sehingga ia akan tampil terdepan mengawalinya bukan malah menyendiri. Dengan demikian menjadi jelas bahwa, ilmu akan menjadi saksi baik bagi pemiliknya. Bukan justru menjadi saksi buruk atas dirinya diakhirat kelak.
Abu Barzah al-Aslami mengatakan bahwa Rosululloh saw. Bersabda, ”Tidak akan turun di neraka kedua telapak kaki seorang hamba hingga dia ditanya tentang umurnya. Untuk urusan apakah umurnya ia habiskan?Tentang ilmunya, apa yang ia lakukan dengan ilmu itu? Tentang hartanya, darimana ia memperolehnya dan untuk keperluan apa hartanya ia nafkahkan?Dan, tentang jasadnya, untuk hal apakah ia habiskan jasadnya?” (HR. Tirmidzi)
Dunia ini akan maju dan tentram berkat ulama-ulama yang beramal. Yaitu, ulama-ulama yang amal perbuatan mereka menopang ilmu yang mereka miliki dan amal perbuatan mereka sesuai dengan perkataan. Ulama yang jelek, akan menyampaikan kebohongan dan hukum yang remang-remang dikarenakan tidak jujur karena takut tidak laku lagi di masyarakat. Takut bisnis duniawinya terganggu karena pernyataan-pernyataan kebenaran yang sebenarnya sangat diperlukan untuk bangsa ini.
Dalam kitab Al-Muntaqa, disebutkan bahwa ketika menjalankan Isra’, Rosululloh bersabda :
” Pada malam Isra saya melewati beberapa kaum yang mulut-mulut mereka digunting dengan guntingan dari api neraka, kemudian saya bertanya, ‘ Wahai Jibril, siapakah mereka itu?’ Jibril menjawab, ‘ Mereka adalah para khatib-khatib umatmu yang menyerukan sesuatu yang tidak mereka lakukan”.
Rosululloh juga menggambarkan seorang yang berilmu kemudian mengajarkan kepada yang lain sedangkan ia tidak mengamalkan ilmunya dengan sebuah hadist dari ath Thabrani yang berbunyi :
” Perumpamaan orang yang mengajari manusia suatu kebaikan namun ia melupakan dirinya, laksana sumbu (maksudnya lampu atau lilin) yang menerangi manusia, tapi membakar dirinya sendiri.”.
Maka….................... waspadalah wahai sahabatku. Amin
Sabtu, 11 Oktober 2008
Ruqyah , Tamimah dan Tiwalah adalah syirik
Oleh : Dicky Zaenal Arifin
Bismilaahir rahmaanir rahiim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita .
Saudara saudara ku seluruh umat muslimin dan muslimat , seiring dengan gencarnya promosi Ruqyah dimana mana , kita harus mengetahui secara penuh apa itu Ruqyah . Ibnu Mas’ud t menuturkan : aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Ruqyah, Tamimah dan Tiwalah adalah syirik.”(HR. Ahmad dan Abu Dawud )
TAMIMAH adalah sesuatu yang dikalungkan di leher anak-anak untuk menangkal dan menolak penyakit ‘ain. Jika yang dikalungkan itu berasal dari ayat-ayat Al Qur’an, sebagian ulama salaf memberikan keringanan dalam hal ini ; dan sebagian yang lain tidak memperbolehkan dan melarangnya, diantaranya Ibnu Mas’ud
RUQYAH yaitu : yang disebut juga dengan istilah Ajimat. Ini tidak diperbolehkan karena menjurus kearah hal hal yang syirik, karena Rasulullah SAW telah mencontohkan mendoakan pada orang sakit tanpa menjampi jampi nya dan itu hanya sekedar mendoakan , sisanya ikhtiar .
A’isyah r.a berkata : Biasa Nabi SAW jika menjenguk orang sakit atau didatangi orang sakit mendo’akan : Hilangkan bahaya , ya Tuhannya manusia , sembuhkanlah , hanya engkau yang dapat menyembuhkan , tiada kesembuhan kecuali daripadamu , sembuh yang tidak dihinggapi penyakit ( Bukhari , Muslim )
TIWALAH adalah sesuatu yang dibuat dengan anggapan bahwa hal tersebut dapat menjadikan seorang istri mencintai suaminya, atau seorang suami mencintai istrinya.
Waki’ meriwayatkan bahwa Said bin zubair t berkata :
“Barang siapa yang memotong tamimah dari seseorang maka tindakannya itu sama dengan memerdekakan seorang budak.”
Dan waki’ meriwayatkan pula bahwa Ibrahim (An Nakho’i) berkata : “mereka ( para sahabat ) membenci segala jenis tamimah, baik dari ayat ayat Al Qur’an maupun bukan dari ayat ayat Al Qur’an.”
Apabila kita bercermin pada hal tersebut , maka sudah jelas bahwa Rasulullah SAW melarang kita melakukan Ruqyah , Tamimah dan Tiwalah karena itu adalah perbuatan syirik . Pelaksanaan dari Ruqyah itu sendiri adalah dengan menjampi jampi seseorang yang sakit baik itu penyakit psikis maupun penyakit fisik . Jampi dan mantera mantera tersebut menggunakan ayat ayat Al qur’an atau menggunakan bahasa arab . Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pada Zaman Jahilyah banyak sekali orang mempelajari sihir dan mempraktekkannya , caranya adalah dengan menggunakan berbagai macam bacaan bacaan atau jampi jampi yang disesuaikan dengan suku bangsa itu sendiri misalnya orang sunda akan menggunakan bahasa sunda kuno untuk mantera sihirnya , orang arab akan menggunakan bahasa arab ketika menjampi jampi kan sihirnya . Untuk mengubah pola semacam begitu , Rasulullah SAW tidak melakukannya secara frontal atau langsung , tetapi dengan cara yang halus dan perlahan lahan untuk menghindari perpecahan pada umat islam . Allah SWT ber Firman dalam QS. Al-Baqarah 102 :
[102] Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
QS. Al-Falaq :
[1] Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
[2] dari kejahatan makhluk-Nya,
[3] dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
[4] dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,
[5] dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki".
Di dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa pengerjaan sihir adalah menggunakan bacaan bacaan tertentu sebagai ritualnya , , dan di ayat selanjutnya sihir banyak pula dilakukan oleh kaum wanita dengan teknis yang sama yaitu menjampi dan menghembus pada buhul buhul . Biasanya sihir diikuti dengan berbagai macam syarat , agar manteranya ampuh . Kejahatan yang dilakukan oleh para tukang sihir sebagaimana dan dilakukan oleh syaitan syaitan , disebut syaitan karena sifat kejahatannya itu sendiri . Kita ketahui pula bahwa yang namanya syaitan itu adalah sifat , bisa Jin dan bisa pula Manusia. Allah SWT berfirman dalam QS. An Nas :
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
[1] Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
[2] Raja manusia.
[3] Sembahan manusia.
[4] dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi,
[5] yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.
[6] dari (golongan) jin dan manusia.
Kita pun bisa menjadi syaitan yang berwujud manusia apabila melakukan kejahatan kejahatan , malah sering terjadi mungkin kejahatan manusia jauh lebih jahat dari iblis. Apabila kita melihat dari ayat ayat tersebut diatas , adalah wajar Rasulullah SAW melarang kita melakukan Ruqyah karena , apa bedanya kita dengan tukang tukang sihir yang melakukan jampi jampi , hanya jampinya dirubah dengan menggunakan ayat ayat Al Qur’an atau dengan bahasa arab . Al Qur’an bukanlah kumpulan mantera mantera , tapi adalah petunjuk bagi kaum yang berpikir . Allah SWT berfirman dalam QS. Ya Sin 62 :
[62] Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebahagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan?
Pola penyesatan syaitan amatlah sangat halus , terkadang sorga menjadi seperti neraka dan neraka seperti sorga , terlihatnya baik padahal belum tentu . Hal seperti inilah yang harus kita waspadai , karena syaitan itu bisa berkedok apa saja , bahkan bisa berkedok ulama. Kebanyakan masyarakat kita sangat mudah terpengaruh oleh penampilan , asalkan bahasa arab fasih , memakai gamis atau baju koko , pasang janggut tanpa kumis , kening hitam , langsung dipercaya , padahal belum tentu , karena hanya Allah SWT lah yang mengetahui persis bagaimana sebenarnya dibalik penampilan keren itu . Selaku umat islam yang mau berpikir , sebaiknya berhati hati , janganlah terpengaruh oleh penjampi penjampi berkedok agama . Apabila kita melihat dari sejarah , telah dibuktikan bahwa metoda Ruqyah itu sama sekali tidak efektif . Maka oleh sebab itu seorang Cendekiawan Muslim bernama Ibnu Sina , merancang kedokteran yang merupakan metoda amat sangat ilmiah , untuk mengobati orang sakit secara nyata dan dapat dipertanggungjawabkan . Tidak perlu seseorang itu disiksa dengan pukulan pukulan , lalu dibiarkan menggelepar gelepar , di jampi jampi , tanpa mengerti bahwa sebenarnya orang itu stress bukan kesurupan , bahkan pernah kejadian orang yang mengalami schizophrenia dikatakan mengalami bisikan gaib dari Jin , sehingga tambah stress . Ini berbahaya , karena metoda Ruqyah mengajarkan orang untuk tidak berpikir , dan mengajarkan pula lari kearah mistis . Mungkin karena menjampi itu lebih mudah daripada berpikir , dan lebih mudah pula daripada menganalisa secara objektif , dimunculkanlah Ruqyah ini . Mudah sekali , tinggal menghapal beberapa ayat untuk dijadikan Jampi atau Mantera , rubah penampilan , pasang tarif administrasi , jadilah pe – Ruqyah . Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah 164 :
[164] Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Allah SWT di ayat tersebut jelas sekali menyuruh kita untuk berpikir , dan terdapat puluhan ayat lagi yang menyuruh kita berpikir , tidak ada satupun ayat di Al Qur’an menyuruh kita untuk menjampi jampi . Maka oleh sebab itu , marilah , sebagai umat muslim sejati , sebaiknya pandai memilah milih , mana yang haq , dan mana yang bathil , karena perbedaannya sangat tipis sekali . Sejarah menggambarkan Zaman Keemasan Islam yang sangat luar biasa , sebagaimana terbukti , ilmu pengetahuan banyak sekali dimunculkan dari Dunia Islam , contohnya Al Jabar atau ilmu hitung , Kimia atau chemistry , bahkan kedokteran yang dikembangkan oleh Ibnu Sina , tiga contoh itu membuktikan bahwa seharusnya umat Islam harus lebih pandai berpikir dan menganalisa , bukannya Japa Mantera yang dirubah pakai bahasa Arab . Melihat perkembangan sekarang , adalah wajar umat Islam semakin mundur , karena dengan semakin berkembangnya Ruqyah , masyarakat Islam akan semakin jauh dari berpikir , bahkan sering sekali Ruqyah dijadikan pembenaran untuk kesalahan yang dilakukan , contohnya :
1. Ada seorang suami yang melakukan penyelewengan , tapi sudah bosan dengan simpanannya , dan kebetulan anak istrinya sudah membongkar penyelewengannya itu , untuk menghindari perceraian dengan istri tuanya sang suami bilang saja dia melakukan itu tanpa disadari atau seperti tidak bisa mengontrol diri , otomatis kecurigaan akan mengarah kepada sihir dalam bentuk guna guna pengasihan, dibawalah sang suami pada seorang pe Ruqyah , ketika di Ruqyah sang suami pura pura ngamuk seolah olah di tubuhnya ada Jin , toh pe Ruqyah tidak bisa membedakan , setelah pura pura sembuh karena tadinya tidak apa apa juga , akhirnya selamatlah perkawinannya karena sang istri memaklumi bahwa suaminya kena pellet , juga anak anaknya memaklumi , dan sang simpanan bisa di depak jauh jauh .
2.
3. Ada seorang penderita psikosomatis yang selalu merasa tidak enak badan akibat stress , selalu mengeluh ini dan itu , setelah di check laboratorium semuanya normal , karena memang normal , rasa sakit itu muncul dari stress itu sendiri , jadinya segala kerasa . Dia jadi curiga itu karena guna guna karena dia tidak suka ketika dokter bilang bahwa sakitnya itu karena psikis atau stress , itu menunjukan bahwa dia lemah dan itu tidak disukainya . Ketika datang pada pe Ruqyah langsung di vonis terkena sihir berupa guna guna katanya , nah inilah jawaban yang dikehendakinya .Akhirnya di Ruqyah lah dia , tapi setelah puluhan kali di jampi jampi pakai bahasa arab tak kunjung sembuh , karena memang tidak ada guna guna , tapi sang pe Ruqyah bilang Jin nya sangat kuat sekali dan dia kesulitan mengeluarkannya , dan itu memang jawaban paling aman untuk menutupi ketidakmampuan . Kembalilah dia pada seorang psikiater , setelah diberi obat , seminggu kemudian badannya membaik , atas Izin Allah SWT .
Inilah tiga contoh dimana sebetulnya Ruqyah itu sama sekali tidak efektif , hanya memainkan sugesti dan sugesti , juga membuat kita semakin jauh dari berpikir . Janganlah kita menilai sesuatu berdasarkan angan angan , sebagaimana Firman Allah dalam QS. An Nisa 120 – 123 :
[120] Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.
[121] Mereka itu tempatnya Jahanam dan mereka tidak memperoleh tempat lari daripadanya.
[122] Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?
[123] (Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
Ayat di atas menjelaskan bahwa kita harus selalu berpikir objektif dan tidak berangan angan kosong . Apapun yang datang dari Allah SWT , harus kita kaji secara mendalam agar kita menjadi umat Islam yang cerdas , kuat secara iman , dan berpikiran maju .
jin tidak bisa di ruqyah
Di dalam Al Qur’an Al jin ayat 1 dan 2, Allah SWT berfirman :
[1] katakanlah (hai Muhammad) “telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur’an) lalu mereka berkata: “sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan,
[2] (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami berimam, kepadanya dan kami sekali = kali tidak akan menpersekutukan seorang pun denganTuhan kami,
apabila kita melihat ayat diatas, seharusnya kita mengerti bahwa jin mendengarkan ayat - ayat Al Qur’an dan mereka mengaguminnya lalu sebagian dari mereka berimam. Adalah hal yang sangat aneh apabila jin dibacakan ayat Al Qur’an malah jadi kepanasan, sedangkan ayat diatas menyatakan bahwa ketika jin mendengarkan ayat –ayat Al Qur’an tidak ada pengaruh ajaib seperti kepanasan atau mengelepar – gelepar, dan kita tahu pula Rasulullah SAW langsung membacakannya. Rasulullah SAW sendiri ketika membacakan Al Qur’an tidak membuat jin kepanasan, malahan banyak yang tadinya kafir takjud menjadi jin yang berimam kepada Allah SWT. Jadi sebetulnya aneh sekali kalau pe-Ruqyah dapat membuat jin kepanasan dengan ayat – ayat Al Qur’an, Rasulullah SAW tidak begitu.
Bagi yang mampu berpikir , berpikirlah .
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semoga bermanfaat .
wahai Ali,
Bagi orang mukmin ada 3 tanda-tandanya
1)Tidak terpaut hatinya pada harta benda dunia
2)Tidak terpesona dengan pujuk rayu wanita
3)Benci terhadap perbualan dan perkataan sia-sia
Wahai Ali,
Bagi orang alim itu ada 3 tanda-tandanya
1)Jujur dalam berkata-kata
2)Menjauhi segala yang haram
3)Merendahkan diri
Wahai Ali,
Bagi orang yang takwa itu ada 3 tanda-tandanya
1)Takut berlaku dusta dan keji
2)Menjauhi kejahatan
3)Memohon yang halal kerana takut jatuh dalam keharaman
Wahai Ali,
Bagi orang yang jujur itu ada 3 tanda-tandanya
1)Merahsiakan ibadahnya
2)Merahsiakan sedekahnya
3)Merahsiakan ujian yang menimpanya
Wahai Ali,
Bagi ahli ibadah itu ada 3 tanda-tandanya
1)Mengawasi dirinya
2)Menghisab dirinya
3)Memperbanyakkan ibadah kepada ALLAH s.w.t.
Lidah kelu di saat kematian. Kematian pasti menjelma. Hanya masa dan
waktunya yang tidak kita ketahui. Cuba kita amati.. mengapa kebanyakan
orang yang nazak (hampir ajal tidak dapat berkata apa-apa, lidahnya
kelu, keras dan hanya mimik mukanya menahan kesakitan sakaratul maut.
Diriwayatkan sebuah hadis yang bermaksud : "Hendaklah kamu mendiamkan
Diri ketika azan, jika tidak Allah akan kelukan lidahnya ketika maut
menghampirinya." Ini jelas menunjukkan,kita disarankan agar mendiamkan
diri, jangan berkata apa-apapun semasa azan berkumandang. Sebagai
orang Islam kita wajib menghormati azan. Banyak fadhilatnya. Jika lagu
Kebangsaan kita diajar agar berdiri tegak dan diamkan diri.... mengapa
azan kita tidak boleh mendiamkan diri....!!! Lantas sesiapa yang
berkata-kata ketika azan, Allah akan kelukan lidahnya ketika nazak.
Kita takut dengan kelunya lidah kita semasa ajal hampir tiba.... maka
kita
tidak dapat mengucapkan kalimah lailahaillallah... yang mana sesiapa yg
dapat mengucapkan kalimah ini ketika nyawanya dicabut... Allah
menjanjikan
syurga untuknya. Dari itu marilah kita sama-sama menghormati azan,...
dan
mohon kepada Allah supaya lidah ini tidak kelu walaupun nyawa sedang
dicabut. "Ya ... Allah, anugerahkanlah kematian kami dengan kematian
yang
baik lagi mulia, lancarkan lidah kami mengucap kalimah
Laillahaillallah......semasa sakaratul maut menghampiri kami......
amin..
amin.. amin Yarobbal a'lamin.."
Perangi nafsu dengan empat pedang riadhah (latihan jiwa) iaitu makan
sekadar untuk menguatkan badan, bicara seperlunya, mengurangi tidur dan
menahan cercaan orang lain" (Yahya bin Muaz al-Razi)
Semoga kita mendapat syafaatnya dan beroleh kejayaan. Bersama-samalah
kita
memanjatkan doa agar kita diberi kekuatan dalam melaksanakan hukum
Allah agar kita tergolong daripada orang2 yang beriman. Amin
-------------------------------------------------------------------------
Di Copy Dari http://www.sengkarai.com