Kaum muslimin rahimakumullah,
Kemiskinan yang menimpa mayoritas umat Islam di negeri yang mayoritas muslim ini jelas terjadi karena adanya pemiskinan struktural yang secara sistematis terjadi akibat kebijakan yang tidak pro rakyat lantaran mengikuti tekanan Bank Dunia dan IMF sebagai konsesi utang LN yang mereka kucurkan. Juga karena karena “bancakan” yang dilakukan oleh para koruptor bersama para konglomerat hitam dan investor asing terhadap pos-pos APBN, kekayaan BUMN, dan kekayaan alam kita. Sungguh tragis, umat Islam miskin di tengah-tengah kekayaan alamnya yang melimpah ruah, yang gemah ripah lohjinawi! Bagai anak ayam mati di lumbung padi. Apakah ini ujian, atau teguran bagi umat Islam? Apakah ada sesuatu yang salah pada bangsa Indonesia yang mayoritas muslim ini? Wallahua’lam!
Kaum muslimin rahimakumullah,
Kekayaan alam kita adalah milik Allah SWT. Dialah yang menciptakan untuk kita, makhluk-Nya. Dialah yang menciptakan dan memberikan rizki kepada manusia. Dialah yang berhak memberikan rizki yang sedikit atau banyak kepada siapa saja yang Dia kehendaki (QS. Ar Ra’du 26).
Kaum muslimin rahimakumullah,
Secara umum, siapa saja yang bekerja keras mencari rizki, Allah akan anugerahkan rizki kepadanya, tanpa bulu. Dan Allah SWT memerintahkan kita bekerja untuk mendapatkan harta. Allah SWT berfirman:
"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya..." (QS. Al Mulk 15).
Namun sebab-sebab khusus yang harus dipenuhi oleh orang-orang yang beriman untuk datangnya rizki, baik yang bisa diperkirakan maupun tidak. Sebab-sebab rizki itu antara lain:
Pertama, sikap tawakkal. Sikap tawakkal ada pasrah diri kepada Allah atas hasil dari rencana kerja yang akan dilakukan. Allah SWT berfirman: “dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. (QS. At Thalaq 3).
Tawakkal bukanlah pasrah diri setelah seluruh usaha gagal dan semu jalan tertutup. Tapi tawakkal adalah sikap memasrahkan diri kepada Allah setelah perencanaan matang dan menerima berbagai masukan serta memutuskan bertekad mengerjakan rencana kerja tersebut secara sungguh-sungguh. Tawakkal dari awal sampai akhir. Oleh karena itu, setiap muslim yang hendak keluar dari rumah menuju ke tempat pekerjaan disunnahkan berdoa: “Dengan nama Allah aku bertawakkal, tiada daya dan kekuatan kecuali kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”.
Kedua, memperbanyak dan membiasakan istighfar serta istiqomah. Yakni selalu minta ampun kepada Allah SWT atas segala salah dan dosa yang diperbuat, sengaja atau tidak, terasa atau tidak. Allah SWT berfirman: “Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? (QS. Nuh 10-13).
Artinya, kalian tidak mentauhidkan Allah dengan sebenar-benarnya tauhid, tidak beribadah dengan sebenar-benar ibadah kepada-Nya, dan tidak memperhitungkan Allah dengan sebenar-benarnya hitungan, dan tidak bertawakkal dengan sebenar-benarnya tawakkal. Maka mintalah ampun kepada-Nya.
Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang memperbanyak istighfar, Allah akan menjadikan ketenangan bagi seluruh kegelisahannya, dan akan menjadikan jalan keluar bagi seluruh kesempitannya, dan akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangkanya”.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Ketiga, menyibukkan diri dengan aktivitas ibadah dan berbagai ketaatan. Allah SWT berfirman: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." (QS. Ad Dzariyat 56-58).
Dalam sebuah hadits qudsy diriwayatkan bahwa rasulullah saw. bersabda: Allah SWT berfirman: “Hai anak Adam, sibukkanlah dirimu sepenuhnya dalam ibadah kepada-Ku, akan Kupenuhi hatimu dengan perasaan kaya, dan kupenuhi kedua tanganmu dengan rizki. Hai anak Adam, janganlah engkau menjauh dari-Ku, (kalau engkau jauh dariku dan ketaatan kepada-Ku), kupenuhi hatimu dengan kefaqiran dan kepenuhi kedua tanganmu dengan kesibukan/urusan” (HR. Tirmidzy)
Beribadah sepenuhnya kepada Allah maknanya, mengosongkan hati dari segala sesuatu selain Allah. Ketika sholat, maka sepenuhnya menghadap kepada Allah dan mengosongkan segala sesuatu selain Allah dari hati. Tatkala membaca Al Quran, firman Allah, maka kosongkan segala sesuatu di hati kecuali Allah. Dan makna ibadah sebagai ketundukan kepada Allah SWT tidak terbatas pada ibadah ritual seperti sholat, shaum, bayar zakat dan shodaqoh, dan haji ke tanah suci, tapi juga meliputi berbagai aktivitas yang diridloi Allah SWT seperti berjual beli secara syar’i, bekerja mencari rizki yang halal, berbakti kepada kedua orang tua, berbuat baik kepada tetangga, jujur dalam janji dan ucapan, bahkan tersenyum dan bermuka ceria pun termasuk ibadah.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Keempat, sikap taqwa. Allah SWT berfirman: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. (QS. At Thalaq 2-3). Taqwa adalah menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Abu Hurairah ditanya tentang taqwa. Maka beliau bertanya kepada sang penanya: Apakah anda perna berjalan melewati jalan yang ada durinya. Lalu dijawab: Ya. Lalu Abu Hurairah bertanya : Apa yang anda lakukan? Sang penanya berkata: Saya jika melihat ada duri, maka saya akan menjauhinya. Abu Hurairah berkata: Itulah taqwa!
Kaum muslimin rahimakumullah,
Kelima, silaturrahmi. Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja yang ingin diluaskan rizkinya …hendaknya dia menyambung tali silaturrahmi” (HR. Bukhari Muslim)
Keenam, infaq fi sabilillah. Allah SWT berfirman: “Barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya”. (QS. Saba 39).
Ketujuh, doa. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT itu hidup dan mulia, jika seorang hamba mengangkat kedua tangannya berdoa kepada-Nya, maka Dia malu mengembalikan keduanya dalam keadaan kosong” (HR Ahmad dan Tirmidzy).
Kedelapan, syukur. Allah SWT berfirman: “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu”. (QS. Ibrahim 7).
Bersyukur dilakukan dengan lisan, hati maupun perbuatan, yakni dengan mengikuti perintah dan larangan Allah SWT dan menjaga batas-batas hukum Allah.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Sudahkah kita menjalani kedelapan sebab datangnya rizki bagi orang mukmin tersebut secara sempurna? Bila sudah, maka bersiaplah menerima rizki tak terkira hingga akhir hayat. Wallahua’lam!
Baarakallahu lii walakum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar